Rabu, 28 Desember 2011 - 0 komentar

Antara Idealisme dan Realita

Saya sering mendengarkan orang mengatakan hal-hal negatif mengenai orang yang punya idealisme tertentu. Entah itu mulai dari sindiran hingga secara terang-terangan telah banyak ditujukkan kepada orang-orang yang mempunyai kesetiaan tertentu terhadap ide yang mereka yakini benar.
Orang-orang Indonesia, terutama sekali masyarakat perkotaan, menganggap bahwa idealisme adalah suatu konsep yang harus ditinggalkan jauh-jauh dalam menjalankan hidup agar mendapatkan hidup yang baik. Benarkah itu? Dan sayangnya masyarakat yang berasumsi seperti itu sesungguhnya adalah orang-orang yang takut utk melawan segala bentuk kemunafikan.

Utk itu ada baiknya jika kita menela’ah lebih dalam mengenai makna Idealisme itu sendiri. Menurut saya idealisme itu adalah suatu pemikiran, ide, logika manusia yang jujur (murni) yang menuju kearah ideal atau seperti seharusnya, sesuai yang diinginkan. Idealisme itu sendiri baru dapat digambarkan setelah kita memegang teguh prinsip dan memerankan jati diri kita yang sejatinya.  Dimana hal ini kadang selalu bertentangan dengan realita kehidupan sehari-hari.

Idealisme adalah sumber perubahan. Perubahan terjadi karena tidak adanya kepuasan terhadap kondisi terkini, perubahan terjadi karena ada “kesalahan” atas suatu hal, perubahan dapat dilakukan hanya bila ada keberanian, dan keberanian untuk melakukan perubahan merupakan implementasi nyata dari idealisme.
Perlu ada keseimbangan antara sifat idealisme dan realistis agar menjadi manusia seutuhnya. Sikap realistis diperlukan untuk memahami dan menginsyafi kondisi riil di lapangan. Sedangkan sikap idealis diperlukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan yang terjadi dalam realita. Tidak mungkin seorang manusia hanya mengikuti arus realita selama-lamanya, atau hidup akan menjadi statis. Tidak mungkin juga seorang manusia hanya mengutamakan idealismenya semata dengan mengacuhkan realita.

Jadi pada kenyataannya, sikap idealis dan realis bukanlah suatu hal yang saling berkontradiktif. Justru sebaliknya, kedua hal itu harus selaras berjalan dalam pikiran dan sikap kita karena dengan realita akan tercipta suatu idealisme demikian juga sebaliknya, jadi idealisme dan realita merupakan sahabat yang saling membangun dan bersinergi demi progresifitas kehidupan. Keseimbangan antara idealisme dan realism dapat menghasilkan “buah” yang tentunya lebih baik daripada hanya condong ke satu sisi saja.



0 komentar:

Posting Komentar